Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

MIE GOMAK, MENCICIPI KULINER KHAS TOBA

Gambar
  Setelah hiatus selama 2 hari karena serangan pilek dan batuk   yang membuat saya enggan   melakukan aktifitas selain gulang-guling di kasur sambil sekrol-sekrol shitpost atau nonton film dokumenter The Secret of Saqqara Tomb di Netflix, akhirnya perlahan sirna. Diilhami oleh salah satu kalimat motifesyen pak Rusdi Mathari ‘kalau kau ingin fisikmu sehat, bergeraklah’. Sudah tentu, saya tidak langsung bergerak bangun setelah tidur, ada ritual ngulet dan mengumpulkan nyawa selama kurang lebih 15 menit sebagai intro mengawali hari Sabtu yang berisi tanya ‘mau ngapain   ya saya hari ini?’. Konon, katanya jika mau sukses itu, harus punya planning jadwal kegiatan rinci sebagai acuan. Saya mau melihat jadwal, yah ternyata saya baru ingat kalo saya gak punya jadwal kayak gituan. Yawes ,minimal udah ada planning abis bangun tidur mau ngapain, ya cuci muka dan gosok gigi, lur~ Di tengah-tengah kegiatan gosok gigi sambil ngaca itu, sambil memandang wajah sendiri lekat-le...

UNDANGAN KAWINAN DI MASA PANDEMI ITU MASALAH BARU KAUM PROLETAR

Gambar
          S ejak pemerintah mengeluarkan aturan tidak boleh menggelar resepsi pernikahan di masa pandemi, dari Maret sampai Juli (kalo gak salah), temen-temenku yang pada mau merit lebih memilih untuk postpone kawinannya sampe diperbolehkan lagi menggelar resepsi ria. Ya walaupun masih bisa kawinan tanpa resepsi dan hanya akad saja, kayaknya untuk masyarakat Indonesia wa bil khusus Jawa, menikah tanpa resepsi bagai sayur tanpa mecin, ora sedep. Keadaan ini dimanfaatkan dengan baik oleh kaum-kaum minor budget dengan menyegerakan pernikahan   di masa pandemi sebagai   aji mumpung kesempatan yang baik untuk segera memiliki foto jejer begron biru yang ‘khas’ itu, agar segera diluncurkan ke feed aiji dengan kepsyen ‘till jannah ya pasangan halalku’, ‘sah ya’ (emot love), atau cukup dengan emoticon cincin dan love love love, tentu saja dengan   matur   ke orang tua ‘lagi pandemi pak buk, gak boleh mengundang kerumunan orang’. Oke~ Kini se...

Self Love Sedari Muda

Gambar
  foto: unsplash.com      Tulisan ini dipicu oleh status whatsapp adik saya yang memposting foto dirinya sedang   berdiri tersenyum   menghadap kamera, mengenakan seragam pramuka lengkap dengan dasi merah putih juga bendera semapur dengan caption ‘Aku perempuan, dan aku sayang diriku (emot kiss)’. Statusnya mengingatkanku dengan aku yang masih seumuran adikku kala itu, kala SMK.   Pada saat itu belum ada WA, hanya facebook yang diisi dengan status-status palsu (shit) motivasi, tanda-tandaan foto dengan kawan, atau foto-foto narsis diri sendiri.   Pada saat seumuran itu aku belum tau apa itu ‘self love’. Bilang mencintai diri sendiripun tidak terpikir. Aku merasa senang, saat mambacanya. Di usianya yang masih belia setidaknya status itu menandakan beberapa hal, adikku dalam keadaan mental yang baik, dia mengetahui kalau dia mencintai dirinya sendiri, dia memperlakukan dirinya dengan baik dan membaca   bacaan yang baik. Sebagai seorang y...